Sekedar mengingatkan, pada saat masa pengeboman di Mapolresta Cirebon Presiden menyatakan bahwa itu adalah perbuatan jaringan kelompok teroris Cirebon. Kita masyarakat awam tidak tahu keakuratan kesimpulan SBY tersebut.
SBY juga menyampaikan pernyataan pers setelah peristiwa bom Marriott 2 beberapa tahun lalu. Termasuk dikemukakan SBY pada saat itu; kelompok teroris sedang bersiap melancarkan aksi pembunuhan dengan dirinya sebagai sasaran. SBY pun menunjukkan foto close-up dirinya dengan lubang peluru di sekitar muka. Namun foto itu belakangan di kabarkan tidak ada sangkut pautnya dengan bom Marriott 2. Foto itu di ambil dari tempat latihan teror beberapa tahun sebelum bom Marriott 2.
Nah! kali ini kita sekali lagi tidak tahu seberapa tepat kesimpulan SBY bahwa bom Solo dilancarkan oleh jaringan Cirebon. Kalau memang benar demikian, pernyataan SBY itu justru laksana menepuk air didulang, terpercik muka sendiri. Karena betapa tidak? belum lama bom bunuh diri meledak di Masjid Mapolresta Cirebon, sekarang kejadian lagi oleh kelompok yang sama. Lantas apa kerja polisi selama ini?
Tambahan lagi; bom Solo yang disebut berdaya ledak rendah adalah bukti jaringan Cirebon tidak sehebat kelompok Noordin M.Top dan Dr.Azhari and friends. Tapi walau "lebih amatir", ternyata polisi tetap saja kecolongan.
Bagi kita, ini bukan kenyataan sepele. Presiden SBY tidak semestinya berhenti pada pernyataan; pelaku bom Solo adalah bagian dari kelompok teroris Cirebon. SBY harus menanyai jajaran ke Menkopolkam dengan poling di dalamnya: Mengapa gerak kelompok Cirebon tidak terendus? Akan saat kita mengatakan bahwa pelaku bom bunuh diri yang sukses meledakkan dirinya di Mapolresta Cirebon semestinya di sikapi sebagai sesuatu yang amat sangat memalukan. Kerja polisi pun dengan demikian sudah sepatutnya di lipat gandakan, agar kelompok yang sama tidak lagi dapat melakukan kampanye teror mereka.
Menyadari adanya sesuatu yang terkesan tak beres di otoritas keamanan kita, apakah kejadian bom Solo akan berimbas pada rencana kocok ulang kabinet?