Masih ingatkah kalian sekitar 3 bulan yang lalu aku meminta kalian mendukungku. Terima kasih.. suka atau tidak, terpaksa maupun tidak, kalian telah memberikan dukungan kalian seperti yang kuminta. Beryukur lah karena orang-orang seperti kalian memang sudah sepantasnya memiliki MENTERI seperti aku. Saudara-saudara, hampir 100 hari masa jabatanku. Kini tibalah saatnya atasanku menghitung-hitung kembali kemanfaatan yang dia peroleh setelah melantikku sebagai pembantunya di kabinet.
100 hari tampaknya terlalu dini untuk sebuah proses penilaian untuk sebuah evaluasi. Coba saja kalian bayangkan, ini baru satu contoh:
100 hari tampaknya terlalu dini untuk sebuah proses penilaian untuk sebuah evaluasi. Coba saja kalian bayangkan, ini baru satu contoh:
- Mobil mewah yang menjadi hak ku selaku MENTERI, baru berapa hari nongkrong di garasi rumahku. Mesinnya pun masih "inreyen". Belum sempat di bawa jalan-jalan jauh. Anak dan istriku pun belum kebagian waktu untuk memamerkannya sebagai simbol status baru mereka selaku KELUARGA MENTERI.
Jadi apa pantasnya EVALUASI 100 HARI? apalagi jika di ikuti RESHUFFLE KABINET. Karena BAU JOK mobil baru pun belum benar-benar puas ku nikmati. Kalau boleh jujur, sepertinya aku memang TIDAK TERLALU BERKUALITAS UNTUK BEKERJA SEBAGAI MENTERI. Bahwa aku di percaya sebagai MENTERI, ya... itu berkat KOMPROMI POLITIK. Atasanku, butuh DUKUNGAN DARI BANYAK PARPOL, termasuk PARPOLKU. Jadi KUALITAS adalah URUSAN NOMOR SEKIAN. Yang jelas Atasanku merasa TENANG DUDUK DI KURSINYA.
Namun setelah kupikir-pikir lagi, apa salahnya aku MENGADU NASIB. Kalau aku SUKSES sebagai ANGGOTA KABINET, yup!! Bagus... Tetapi kalau aku GAGAL, berarti Atasanku yang PALING GAGAL. Karena sudah KELIRU MEMILIH ORANG. Toh aku sudah berusaha keras menjadi PELAYAN RAKYAT yang baik. Caraku adalah dengan MENIRU GAYA KEPEMIMPINAN ATASANKU. Seperti:
Namun setelah kupikir-pikir lagi, apa salahnya aku MENGADU NASIB. Kalau aku SUKSES sebagai ANGGOTA KABINET, yup!! Bagus... Tetapi kalau aku GAGAL, berarti Atasanku yang PALING GAGAL. Karena sudah KELIRU MEMILIH ORANG. Toh aku sudah berusaha keras menjadi PELAYAN RAKYAT yang baik. Caraku adalah dengan MENIRU GAYA KEPEMIMPINAN ATASANKU. Seperti:
- Dia bicara Normatif, akupun bicara Normatif
- Dia Jaim alias Jaga Image, akupun ikut-ikutan Jaim.
- Dia jago Retorika, akupun melakukan hal serupa
- Bahwa rakyat yang seharusnya KU URUS justru sekarang MENJERIT, itu pun adalah kembaran dari tata kelola Atasanku yang juga MORAT MARIT.
Jadi saudara-saudara, sekarang bantu aku tuk memikirkan satu hal; Andaikan Atasanku menilaiku BURUK, aku tentu TAK AKAN TUNDUK. Persoalan yang bikin repot, kalau opini publik yang serba negatif datang menyeruduk, sukar bagiku untuk MENANGKIS.
Apalagi Atasanku nantinya akan mudah menggantikan aku dengan TOKOH MENTERI lain dengan memanfaatkan opini publik!
Apalagi Atasanku nantinya akan mudah menggantikan aku dengan TOKOH MENTERI lain dengan memanfaatkan opini publik!
Dalam situasi seburuk itu, kalian bisa mendorongku. Dan yang paling perlu di ingat adalah ATASANKU SEORANG PERAGU.. Silahkan pakai CARA KERAS, misalnya: Buat dia gentar dengan ancaman bahwa PARPOL ku akan menarik dukungan. Atau gunakan CARA LEMBUT, misalnya: Angkat dia, puja puji dia, lalu gandengkan dengan keberadaanku. Dengan demikian POPULARITAS ATASANKU TERPELIHARA DAN POSISIKU PUN TERJAGA. Evaluasi 100 hari kabinet, "siapa takut???"