26 Januari 2010

MENYONGSONG 100 HARI

Bapak, Ibu dan saudara-saudara sebangsa setanah air. Ini MENTERI mu sedang bicara kepadamu:
Masih ingatkah kalian sekitar 3 bulan yang lalu aku meminta kalian mendukungku. Terima kasih.. suka atau tidak, terpaksa maupun tidak, kalian telah memberikan dukungan kalian seperti yang kuminta. Beryukur lah karena orang-orang seperti kalian memang sudah sepantasnya memiliki MENTERI seperti aku. Saudara-saudara, hampir 100 hari masa jabatanku. Kini tibalah saatnya atasanku menghitung-hitung kembali kemanfaatan yang dia peroleh setelah melantikku sebagai pembantunya di kabinet.
100 hari tampaknya terlalu dini untuk sebuah proses penilaian untuk sebuah evaluasi. Coba saja kalian bayangkan, ini baru satu contoh:
  • Mobil mewah yang menjadi hak ku selaku MENTERI, baru berapa hari nongkrong di garasi rumahku. Mesinnya pun masih "inreyen". Belum sempat di bawa jalan-jalan jauh. Anak dan istriku pun belum kebagian waktu untuk memamerkannya sebagai simbol status baru mereka selaku KELUARGA MENTERI.
Jadi apa pantasnya EVALUASI 100 HARI? apalagi jika di ikuti RESHUFFLE KABINET. Karena BAU JOK mobil baru pun belum benar-benar puas ku nikmati. Kalau boleh jujur, sepertinya aku memang TIDAK TERLALU BERKUALITAS UNTUK BEKERJA SEBAGAI MENTERI. Bahwa aku di percaya sebagai MENTERI, ya... itu berkat KOMPROMI POLITIK. Atasanku, butuh DUKUNGAN DARI BANYAK PARPOL, termasuk PARPOLKU. Jadi KUALITAS adalah URUSAN NOMOR SEKIAN. Yang jelas Atasanku merasa TENANG DUDUK DI KURSINYA.

Namun setelah kupikir-pikir lagi, apa salahnya aku MENGADU NASIB. Kalau aku SUKSES sebagai ANGGOTA KABINET, yup!! Bagus... Tetapi kalau aku GAGAL, berarti Atasanku yang PALING GAGAL. Karena sudah KELIRU MEMILIH ORANG. Toh aku sudah berusaha keras menjadi PELAYAN RAKYAT yang baik. Caraku adalah dengan MENIRU GAYA KEPEMIMPINAN ATASANKU. Seperti:
  • Dia bicara Normatif, akupun bicara Normatif
  • Dia Jaim alias Jaga Image, akupun ikut-ikutan Jaim.
  • Dia jago Retorika, akupun melakukan hal serupa
  • Bahwa rakyat yang seharusnya KU URUS justru sekarang MENJERIT, itu pun adalah kembaran dari tata kelola Atasanku yang juga MORAT MARIT.
Jadi saudara-saudara, sekarang bantu aku tuk memikirkan satu hal; Andaikan Atasanku menilaiku BURUK, aku tentu TAK AKAN TUNDUK. Persoalan yang bikin repot, kalau opini publik yang serba negatif datang menyeruduk, sukar bagiku untuk MENANGKIS.

Apalagi Atasanku nantinya akan mudah menggantikan aku dengan TOKOH MENTERI lain dengan memanfaatkan opini publik!
Dalam situasi seburuk itu, kalian bisa mendorongku. Dan yang paling perlu di ingat adalah ATASANKU SEORANG PERAGU.. Silahkan pakai CARA KERAS, misalnya: Buat dia gentar dengan ancaman bahwa PARPOL ku akan menarik dukungan. Atau gunakan CARA LEMBUT, misalnya: Angkat dia, puja puji dia, lalu gandengkan dengan keberadaanku. Dengan demikian POPULARITAS ATASANKU TERPELIHARA DAN POSISIKU PUN TERJAGA. Evaluasi 100 hari kabinet, "siapa takut???"

18 Januari 2010

KARUT MARUT INTERNAL POLRI

Langkah menahan petinggi KPK "Bibit & Candra" oleh POLRI, harus diakui sebagai tindakan yang KONTRA PRODUKTIF bagi upaya perbaikan citra Korps Tribratra. Memang tidak sepantasnya dua jajaran penegak hukum di hadap-hadapkan. Namun apa boleh buat? Dalam polemik POLRI V.S KPK, reputasi polri terhempas. Terlebih ketika beredar rekaman suara ANGGODO yang menyebut-nyebut nama mantan Kabareskrim Polri Komjenpol "Susno Duaji". Semakin sesak publik menyimak kemungkinan adanya PATGULIPAT antara orang yang bermasalah dengan hukum DENGAN orang yang seharusnya bekerja sebagai penegak hukum.

Belum selesai sampai di situ MASA KELAM Polri. Pekan lalu tak disangka tak di nyana, "Susno" hadir sebagai saksi meringankan bagi "Antasari Azhar". Kata pemimpin teras Polri; ada ketentuan bahwa susno harus meminta izin terlebih dahulu kepada kapolri. Berangkat dari situ, terlalu NAIF untuk menyangka bahwa "susno tidak tahu aturan main bahwa ia harus memperoleh izin kapolri saat hadir di jam kerja sebagai seorang saksi dengan mengenakan seragam lengkap aparat polri".

JADI ADA APA INI? Mengapa susno seperti NEKAT MENERABAS ATURAN ORGANISASI POLRI? Mungkin susno merasa telah DI KORBANKAN oleh polri..!!! Jadi barangkali, persidangan antara kasus Antasari adalah moment TijiTibeh (maTI siJI maTI kaBEH).

Setelah di korbankan atau di copot dari kursi kabareskrim, sekarang adalah PAY BACK TIME!!! "Saatnya untuk membalas sakit hati". Apabila itu motif yang melandasi kesaksian susno, ini jelas BERBAHAYA!. Kita tidak ingin menyebutnya sebagai PENGUSUTAN DARI DALAM! Tetapi, aksi susno sangat mudah di baca kebanyakan orang sebagai polah yang mengarah pada INSUBORDINASI (Ketidak patuhan pada struktur kepemimpinan) di tubuh polri. Bicara tentang insubordinasi di lapisan elit, efek psikologisnya ke jajaran bawah polri tentu akan seperti BOLA SALJU. Apalagi toh susno juga perwira dengan sederet bintang di pundaknya. Dan sudah menjadi rahasia umum ada kubu-kubuan di dalam organisasi polri.

Setimbun pertanyaan tak bisa kita jawab! Tetapi kita bisa meraba rasakan, bahwa ADA TERLALU BANYAK SILANG SENGKETA YANG MEMBELIT DI DALAM TUBUH POLRI. Bagaimana polri bisa menjalankan secara fokus kerjanya? Jangan2, rencana perbaikan kesejahteraan personeel polri perlu di pertimbangkan kembali menyusul KARUT MARUT INTERNAL ITU. Polri butuh REFORMASI ORGANISASI, polri butuh REVITALISASI SPIRIT PROFESIONALISME. Dan tentu saja seberat apapun masalah yang mereka hadapi, polri butuh DUKUNGAN KITA.. "DUKUNGAN MASYARAKAT INDONESIA"