18 Januari 2009

AIR & KEPEMIMPINAN

Berawal dari hujan besar yg mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya akhir2 ini, hati saya terketuk utk kembali menulis.. pada hari itu tepatnya senin tgl 12 januari 2009 di wilayah Jl. Sudirman Jakarta Selatan, saya terpaksa harus meneduh dalam kurun waktu yang cukup lama..karena hujan turun begitu lebatnya dan tak henti2nya. Sepertinya, baru kali ini saya mengalami hujan seperti ini seumur hidup. Yang ada di fikiran saya pada waktu itu adalah "jangan2 banjir besar lagi nih..!" begituuuu terus sepanjang hari. Namun alhamdulillahnya hal itu tidak terjadi / tidak sampai banjir besar. Selama hujan berlangsung, pelan2 saya mengamati tetesan2 air yang turun dari langit sampai akhirnya mengalir membasahi permukaan bumi! Melalui fenomena itu, hikmah pun muncul..!

Saya jadi ingat ada ayat yg bunyinya seperti ini "dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka tidak juga beriman (QS 21:30). Maha suci dan Maha Besar الله yang telah menciptakan air di muka bumi ini. Dan Ia juga yang telah menciptakan manusia dari setetes air (QS 25:54).

Sadarkah kita bahwa 70 % tubuh kita terdiri dari air? sebagian besar planet bumi juga tertutupi laut dari samudera, yang menguasai 75 persen permukaannya. Sedang di daratan, sungai dan danau terbentang dalam jumlah yang tak terhitung. Salju dan gunung es di kutub adalah air dalam bentuk beku. Demikian pula awan yang mengandung jutaan ton air dalam bentuk uap. Bahkan udara yang kita hirup saat ini mengandung uap air.

Perhatikanlah ketika الله menurunkan air hujan ke bumi. Lalu air itu ada yang turun di permukaan laut dan ada yang meresap ke permukaan bumi. Di bagian lain, air turun dari lembah dan gunung, melewati sungai menuju laut lepas. Mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Dalam keadaan normal, air yang mengalir tak pernah memaksa batu, pohon atau penghalang lainnya untuk menyingkir, ia mengalir penuh kelenturan.

Gerakan dan sifat - sifat air ini, selayaknya bisa jadi cermin bagi pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya, apalagi di tengah krisis kepercayaan pada mereka saat ini. Air selalu mencari dan menuju tempat yang lebih rendah. Membasahi tak hanya puncak - puncak gunung dan lembah. Namun juga tanah gersang di tengah padang pasir sekalipun.

Demikian pula seorang pemimpin. Ia seharusnya tahu kondisi rakyat yang dipimpinnya. Baik yang berada di pusat - pusat kekuasaan maupun di ujung perbatasan. Inilah yang melahirkan sifat sense of crisis terhadap rakyat - rakyatnya. Bagaikan air yang menumbuhkan kuncup tanaman dan membuatnya merekah karena alirannya.

"Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mencintai rakyatnya dan rakyatnya pun mencintainya" begitu pesan Rasulullah (رسول الله). Ingatlah bahwa salah satu kunci keberhasilan kepemimpinan Umar bin Khatab ra karena ia sering turun ke bawah. Almarhum Muhammad Natsir, pemimpin yang dikenal memahami kondisi riil yang di hadapi rakyat pernah mengatakan, "Pemimpin itu dilahirkan, bukan di ciptakan."

Dalam menciptakan aliran kesejahteraan, air dalam kondisi normal tak pernah memaksa batu, pohon atau penghalang lainnya untuk menyingkir. Sifat lentur ini tidak membuat air kalah. Paling tidak, air sudah berhasil melewati semua penghalangnya. Kelenturannya ini justru menjadi sumber kekuatan luar biasa. Mirip dengan ilmu beladiri, pada tingkat yang tinggi, keperkasaan seseorang dalam melawan musuh tidak ditentukan kekuatan atau otot yang tegang. Melainkan oleh kelenturan semua unsur tubuh. Begitulah sejatinya seorang pemimpin, ia tidak boleh memaksakan kehendak atau otoriter dalam memimpin. Hendaklah ia mempunyai konsep seperti air, tidak membuat kalah, namun tidak mengalah dan tetap sampai tujuan.

Air dalam kondisi tenang dan jernih dapat berfungsi seperti cermin yang nyaris sempurna. Ini memberi inspirasi bahwa tugas seorang pemimpin adalah mirroring (menjadi cermin bagi orang lain). Ia harus bisa jadi contoh atau teladan kebaikan dalam setiap ucapan, tindakan dan perbuatannya. "Seorang muslim cermin bagi muslim lainnya." (Hadits shahih).

Alangkah indahnya jika para pemimpin di negeri ini mau belajar memimpin seperti air. Memimpin untuk melayani, bukan untuk dilayani. Bukan dengan memaksakan kehendak, tapi justru menjadi contoh teladan kebaikan. Ingatlah, tanpa air.. tiada lagi kehidupan di muka bumi ini!