23 Oktober 2011

BENCI ATAU CINTA?

Para pembaca sekalian, terkadang jika kita perhatikan terhadap cara kita mencintai sosok tokoh-tokoh penting adalah dengan cara memberikan nama gedung atau bangunan dengan nama tokoh itu. Kalau tokoh-tokoh yang dipakai namanya adalah mereka yang sudah meninggal dunia, itu bisa terjadi karena si tokoh senyatanya sudah meninggalkan bekas. Jadi andaikan belakangan ada keburukan si tokoh yang terungkap, sepanjang tak terlalu extreme, penggunaan nama tokoh tadi tetap akan dipertahankan. Toh pada dasarnya tidak ada satu pun manusia yang sempurna. Ambil misal nama BUNG KARNO & BUNG HATTA; setelah mereka mangkat, kenangan akan dua proklamator itu dilestarikan sebagai nama bandara Cengkareng. Dua penerbang bersejarah yaitu ADI SUCIPTO & ADI SUMARNO; juga dijadikan nama bandara di Jogja dan Solo. Yang paling populer barangkali JENDRAL SUDIRMAN; setelah beliau berpulang, masyarakat dan pemerintah memutuskan nama si panglima besar sebagai nama jalan protokol hampir di seluruh kota besar di Indonesia.

Repotnya, kalau pemberian nama bangunan itu dilakukan di saat si tokoh itu masih ada / masih hidup! Saat namanya dipakai, si tokoh mungkin masih dikenal sebagai orang baik, tapi karena waktu yang punya cerita berbeda kita tak tahu pasti apakah si tokoh akan selamanya di atas atau kelak terjerembab dibawah? Dan ketika reputasi si tokoh berbalik 180 derajat dari positif ke negatif, maka akan ada kejanggalan apabila namanya tetap di pertahankan sebagai nama bangunan.

Contohnya adalah sebuah Masjid dikawasan dekat Melbourne, Australia. Masjid yang didirikan masyarakat Indonesia itu diberikan oleh mantan menteri agama Indonesia dengan namanya sendiri semasa ia masih hidup. Karena dinamai pejabat jadi tidak ada yang menolak. Baru belakangan setelah si mantan menteri masuk buih karena korupsi semua merasa jadi tak enak hati. Begitu pula jalan protokol di Kupang yang diberi nama jalan SOEHARTO, cuma kota di NTT itu saja tampaknya yang tidak memakai nama JENDRAL SUDIRMAN. Saat SOEHARTO akhirnya terjungkal dan dimusuhi oleh banyak rakyatnya, nama jalan SOEHARTO pun saat di ucapkan bisa mengundang senyum yang bermakna ganda.

Satu lagi, disisi jalan tol Jagorawi mendekati pintu keluar tol Sentul, Bogor ada Masjid besar yang dinamai Masjid MUAMMAR KHADAFI.
Dinamai begitu karena kabarnya pembangunannya dibiayai oleh mantan pengusaha Libya MUAMMAR KHADAFI saat ia masih berjaya. Namun waktu pula yang punya cerita berbeda, pengadilan kejahatan internasional menyatakan KHADAFI sebagai penjahat yang telah melakukan pembunuhan masal, KHADAFI di buru NATO. Yang paling menyakitkan, KHADAFI di perangi oleh rakyatnya sendiri, KHADAFI telah tewas bukan dalam kemuliaan paling tidak dimata hampir seluruh rakyat Libya kematian KHADAFI justru laksana "Prasasti Kemenangan", segala kehinaan seakan dijatuhkan ke KHADAFI.

Dengan kondisi mengenaskan seperti itu bagaimana nuansa Masjid KHADAFI di Sentul sana? Entahlah.. kita hanya bisa terpekur.